Proofreading
Sebelum Menerbitkan Tulisan
Tindakan kreatif dalam
menulis adalah menumpahkan ide-ide baru dalam menciptakan makna tulisan yang
mudah dimengerti pembaca.
Terkadang, sebuah tulisan
akan menimbulkan kekeliruan makna apabila tidak ditulis dengan teliti dan
cermat. Maka dari itu, sebelum mempublikasikan tulisan, ada hal yang
harus di perhatikan yaitu melakukan
Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan.
Malam yang terasa menyenangkan
, semoga berkah senantiasa mengiringi hambaNya yang menghormati dan memuliakan tamu.
Seperti saat ini, disaat
kegiatan yang telah dinanti telah tiba, datanglah tamu yang sangat layak untuk
di sapa, meskipun tetap dalam keadaan taat aturan protokol kesehatan, senyum
termanis sebagai balasan keramahan memang tidak
kelihatan, namun ekspresi kehangatan suasana tetap terjalin dan isi hati
bisa tercurahkan.
Sapaan bu Mae(Maesaroh,
M.Pd, Sang Blogger Millenial) sang Moderator yang bersemangat laksana pemimpin
barisan upacara kemerdekaan, yang ternyata baru saja mengurus kedua orangtua
yang sedang tertimpa sakit. Sang Ibu sakit jantung, dan bapak sakit stroke. semakin memotivasi untuk segera mengikuti
materi .
Semoga do’a yang kita panjatkan untuk kedua orangtuanya dapat
memberi kemudahan untuk hidup kita.
Aamiin
Narasumber hebat bernama Susanto, S.Pd atau akrab disapa
dengan sebutan Pak D Susanto, seorang Guru Kelas SDN Mardiharjo, Kab. Musi
Rawas, Prov. Sumatera Selatan, yang dilahirkan Gombong Kebumen, 29 Juni 1971.
Alamat lengkap : Jalan
Pesantren Dusun 2 Desa D. Tegalrejo, Kec. Tugumulyo, Kab. Musi Rawas, Sumatera
Selatan Nomor HP/WA : 081373353014 , Blog pribadi : www.blogsusanto.com Facebook:https://www.facebook.com/Susantomusirawas/
Twitter: @antok_eni c. Instagram: @susanto_eni
Seorang sarjana S1 PGSD
ini sangat mahir dalam editing sehingga kemahiran itu mengantarkan beliau
menjadi seorang editor pada komunitas pelatihan menulis asuhan Om Jay.
Beliau akan memandu kita
bagaimana tulisan bisa terpublikasi dengan baik tanpa ada kesalahan dalam
menulis atau dikenal dengan istilah "Typo", kesalahan ejaan atau pun
tanda baca.
Materi sebelumnya, oleh
Pak "Mazmo" Sudomo, banyak dikutip sebagian besar peserta yang
mengumpulkan tulisan resume pelatihan:
Swasunting, dilakukan setelah
selesai menulis, jangan menyunting sambil menulis, fokus penyuntingan pada
kesalahan penulisan, ejaan, kata baku, aturan penulisan, dan logika cerita.
Selain itu harus kejam pada tulisan sendiri. Terakhir adalah berpegangan pada
KBBI dan PUEBI.
Proofreading atau kadang
disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah
untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut
Intinya, Proofreading
adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum
dipublikasikan atau dibagikan.
Kegiatan ini sesungguhnya
adalah kegiatan akhir setelah tulisan diselesaikan.
Dalam hal ini sangat
sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: "Tulis saja, jangan
pedulikan teknis. Salah nggak papa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah
selesai, barulah kita lakukan editing."
Yang sering terjadi
Ketika "sedang"
menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga, muncul
kehawatiran: nanti tulisan jelek, tidak layak baca, banyak kesalahan ejaan,
kalimatnya tidak pas, dan sebagainya.
Akhirnya terjebak untuk
segera memperbaiki.
Hal lain (biasanya seorang
blogger) ingin segera menerbitkan tulisan. Begitu selesai menulis, mungkin
karena mengejar target atau ingin segera memublikasikan, langsung klik tombol
kirim.
Yang pertama, alih alih
tulisan menjadi lebih baik, malah tulisan "nggak jadi-jadi".
Untuk yang kedua, maksud
hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan
tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, ya?
Oleh karena itu,
proofreading sangat penting. Ketimbang kita "menyewa" proofreader,
lebih baik kita lakukan sendiri, 'kan?
Dalam proofreading,
memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks yang dimaksud adalah memeriksa
kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau
istilah, hingga pemenggalan kata.
Apa bedanya dengan
mengedit?
Editing lebih fokus pada
aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus
memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.
Jadi, proofreading tidak
sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari
sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.
Ada juga yang berpendapat:
Pengeditan merupakan
proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa,
sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi.
Tugas seorang proofreader
bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca, ya.
Seorang proofreader juga
harus memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan
dipahami pembacanya.
Jadi, ia harus dapat
mengenali apakah sebuah kalimat efektif, struturnya sudah tepat atau belum,
hingga memastikan agar substansi tulisan dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca.
Anda yang jago bahasa
asing, jika mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output
yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang
tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut.
Jadi, apa kesimpulannya?
Tugas seorang proofreader
adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi
awalnya.
Cerita pengalaman sedikit
ketika menjadi proofreader dan mengedit naskah antologi teman-teman.
Ada tulisan yang sudah
bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan
tidak terlalu panjang, tetapi terjadi kesalahan dalam meletakkan tanda koma
atau tanda baca lainnya.
Ada juga tulisan yang
masih "kacau" dari segi struktur, misalnya karena kalimatnya berupa
kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekalai kalimat tunggal, maka proofreader
harus bisa memanngkasnya dan menjadikannya kalimat yang mudah dipahami. Tentu
substansi dan maksud penulis tidak berubah.
Sebagai penulis kita juga
bertindak sebagai proofreader, sebelum tulisan dipublikasikan di blog atau
naskah buku dikirimkan ke penerbit.
Jika kita diminta menjadi
proofreader tulisan orang lain, proofreader bersifat netral.
Seorang proofreader akan
menilai karya secara objektif.
Bagaimana langkah yang
diambil?
Ia akan bertindak sebagai
seorang “pembaca” dan menilai apakah karya penulis sudah bisa dimengerti atau
justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya
sang penulis bisa lebih mudah dipahami pembaca.
Bukankah kita menulis agar
orang memahami ide yang dituangkan?
Bagaimana
melakukanProofreading?
Selaras dengan pesan
Mazmo.
1. Cek
ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan
gaya penerbit
2. Pemenggalan
kata-kata yang merujuk ke KBBI
3. Konsistensi
nama dan ketentuan
4. Perhatikan
judul bab dan penomorannya
5. Jadi
gamblang, ya! Melakukan penulis yang melakukan proofreading sesungguhnya sedang
bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya tulisnya sudah
bisa dimengerti dengan mudah.
Jika Anda seorang blogger.
Menghindari kesalahan
kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan
penyingkatan kata.
Meskipun blog itu milik
pribadi dan bebas, pembaca Anda juga harus diperhatikan. Tidak ada kesalahan
penulisan (typo) akan membuat pembaca nyaman.
Kesalahan kecil lainnya
misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru,
atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Cara
mudah untuk memeriksa tulisan.
Baik di Ms Word maupun di
blog saya biasanya melakukan pencarian dengan menekan tombol CTRL bersamaan
dengan tombol huruf F (CTRL+F).
Lalu, ketikkan misalnya
tanda "," (tanda koma)
Makan muncul highlight
teks dengan warna kuning.
Setelah itu kita periksa
apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma.
Hal yang sama lakukan pada
tanda baca lainnya. Jika hal ini kita lakukan maka pos blog menjadi bersih dari
kesalahan pengetikan.
Kesalahan kecil lainnya
yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata
depan.
Oleh karena itu perlu
sedikit keterampilan untuk membedakan keduanya.
Jika kata yang mengikuti
di adalah verba atau kata kerja maka di ditulis serangkai dan kata itu ada
bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-.
Aturan ejaan lainnya yang
ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang
baku (kan suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan
aturan-aturan yang dicontohkan. Kita cinta Bahasa Indonesia, ‘kan?
Contoh sederhana
proofreading:
Teks asli
Membuat cerita fiksi
memang sedikit berbeda dengan cerita non fiksi. Tetapi cerita non fiksi dapat
disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak
bertentangan dengan aturan penulisan karya non fiksi yang telah ditentukan, seperti
makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.
Teks Perbaikan
Membuat cerita fiksi
memang sedikit berbeda dengan cerita nonfiksi. Tetapi, cerita nonfiksi dapat
disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak
bertentangan dengan aturan penulisan karya nonfiksi yang telah ditentukan,
seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.
Dalam KBBI:
non (adv) tidak; bukan:
nonaktif; nonberas
Tanda koma dipakai sebelum
kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat
majemuk (setara). Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup. Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya
Jadi, jika saya melakukan
proofreading saya menggunakan Alat Bantu, yaitu
1. puebi daring;
2. kbbi daring
Beberapa pertanyaan dari peserta yang bisa dijadikan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat :
P1, DAIL/ SERANG .
Pertanyaan:
Setiap
saya lakukan edit tulisan sebelum publikasi selalu ada saja perbaikan, kalau
diedit terus bisa lama untuk publikasi.
Bagaimana cara edit yang efektif
agar tulisan kita sudah standar EYD dan aturan penulisan ?
Jawaban:
Mengedit jangan segera
begitu selesai. Endapkan dulu, beberapa saat.
Cara edit yang efektif,
pahami aturan dasar:
Struktur, minimal ada S-P
Aturan Huruf kapital,
aturan tanda baca, aturan pemenggalan kata, dsb
P2, Saya Syafruddin asal
Tolitoli
Pertanyaan :
Apakah
tulisan yg dikirim ke penerbit harus diproofreader dulu ataukh di penerbit ada
bagian tugas ini?
Jawaban
Pada penerbit ada petugas,
dan kata Pak Joko Penerbit ANDI, kalau tidak salah, unsur ejaan porsinya hanya
10% pada penilaian naskah.
Tetapi, jika tidak
dilakukan proofreading, siapa tahu banyak kesalahan yang menyebabkan editor
penerbitan malah memberi skor kecil bagi tulisan kita.
Jika tidak mampu melakukan
proofreading sendiri, bisa meminta tolong jasa proofreader profesional.
Biayanya bervariasi,
menurut salah satu situs penyedia jasa proofreader yang saya ketahui.
P3, Yuswandi, Alamat :
Lebak Banten, Gelombang 19.
Pertanyaan:
Ada
sesuatu yang menarik yg td dikatakan oleh Bapak
Nara sumber tadi yaitu
"
Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek
kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.
Jadi,
proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi
juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.
Ada
juga yang berpendapat:
Pengeditan
merupakan proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan
bahasa, sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan
inkonsistensi."
Dari
2 pendapat itu agak sedikit membingungkan. Pertanyaan nya:
1.Profesi
mn sebetul yg mempunya kapasitas besar dalam penyempurnaan sebuah buku sebelum
dipublikasikan?
2.
Apakah sebuah penerbit buku perlu memiliki editor dan proofreading sebagai
penyempurna isi dari sebuah buku yg akan dipublikasikan?
Jawaban:
Pendapat pertama,
alasannya karena istilah proofreading diterjemahkan sebagai "uji
baca", maka mencakup kegiatan editing di dalamnya.
Yang kedua membedakan
substansi
Profesi mn sebetul yg
mempunya kapasitas besar dalam penyempurnaan sebuah buku sebelum
dipublikasikan? >> Proofreader.
Tetapi ketika di
perusahaan penerbitan, biasanya dinamakan editor
P4,Ms.Phia, Asal :
sukabumi
Pertanyaan;
1.Pak
D . Sebagai proof reader pernahkah menemukan kendala dengan hasil
proofreadingnya atau proses saat proofreadingnya. Boleh dibagi kendala terbesar
dalam proofreading.
2.
Proofreader memang harus jeli dengan struktur kalimat kata dan frase dalam
tulisan. Tapi apakah akan merubah kekhasan penulis jika kita merestruktur
kalimat.?
Kadang
ada penulis yang sengaja menempatkan tanda baca atau kata yg
"nyeleneh" Secara struktur bahasa
Jawaban:
Kendala tanda baca /
punctuation sepertinya tidak ada karena saya pakai alat CTRL+F dan PUEBI.
Yang terbesar adalah
struktur kalimat.
Ini, maksudnya apa ....
lah Kira-kira begitu.
Untuk ini lakukan
komunikasi deng penulis
Apakah akan merubah
kekhasan penulis jika kita merestruktur kalimat.?
Kadang ada penulis yang
sengaja menempatkan tanda baca atau kata yg "nyeleneh" Secara
struktur bahasa >> Jika itu kalimat majemuk yang panjaaaaaaang, kita
penggal menjadi beberapa kalimat tunggal, tidak akan mengubah ide pokok
Tentang kekhasan, jika
kekhasan itu "menerjang" kaidah, ya harus diluruskan, bukan?
P5,Hesty dari Lombok.
Pertanyaan:
Apakah
untuk pengeditan kata juga bisa menggunakan kontrol F. Seperti yang dicontohkan
Bapak pada penulisan tanda baca
Jawaban:
Ini di blog ya maksudnya.
Jika yg dimaksud adalah
pengeditan kata atau kalimat, misalnya ketika kita baca kok janggal atau
keliru, Kata itu kita kopi, kembali ke draf lalu kita cari pada kolom yg
tersedia setelah mengetik CTRL+F, pasti ketemu tuh.
Jika pada naskah Word, ya
langsung saja kita baca lalu ketemu kata yang salah ketik, betulkan.
P6, Omma Babys, Asal :NTT
Pertanyaan:
Bagaiman
langkah yang tepat untuk melakukan proofreading sedangkan kalau kita menulis
yang diusahakan adalah yg bagus?mohon penjelasannya.
Jawaban:
Tulis saja dahulu sampai
selesai. Tinggal dulu beberapa saat.
Kembali ke tulisan, lakukan proofreading.
Yang pasti tulisan yang
bagus adalah yang tulisannya sarat dengan PUEBI
Bukan sarat dengan PUEBI,
tetapi mengikuti aturan sesuai PUEBI. Mungkin tepatnya begitu
P7, Agustan,Asal: Kota
Palopo
Pertanyaan:
Sering
dijumpai paragraf dalam tulisan yang terdiri hanya 1 atau 2 kalimat. Bukankah
dalam 1 paragraf harus terdiri dari Kalimat utama dan kalimat pendukung? Mohon
penjelasannya.
Jawaban:
Mungkin lebih tepatnya,
dalam satu paragraf harus terdiri dari satu ide pokok seperti pelajaran kelas 6
tema 1 subtema 1.
Jika satu kalimat sudah
mewakili ide pokok yang hendak disampaikan, mengapa tidak?
Nah, prosesnya kira-kira seperti itu, ada pendapat dari proofreader utk diajukan kepada penulis.Jadi, komunikasi dengan penulis juga perlu, karena ketika mjd P-R dia ada kontak dengan penulis
ini obrolan kita sore
tadi.
P9, nelly dari banda aceh.
Pertanyaan:
Periksa
tata bahasa sesuai puebi itu harus pengalaman edit, adakah aplikasi yg cek keseluruhan paragraf?
Jawaban:
Saya belum pernah
menemukan.
Tetapi untuk mengecek
apakah tulisan kita merupakan plagiasi ada aplikasinya.
P10, Ries Muhammad Effendy
dari SDN JATINEGARA KAUM 01 Jakarta timur 1.
Pertanyaan:
Ketika
swasunting biasanya kita sudah merasa bena dr dan sudah terbaik. Tapi ketika
orang lain baca ternyata dari cara penulisan dan POEBI tulisan kita banyak
salah. Untuk meringan kan para editor apa yang harus menjadi bekal bagi penulis
ketika dia mau edit tulisannya? Terima kasih
Jawaban:
Itulah saya teringat lagu
Bung RHOMA, kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tidak
tampak.
Juga teringat ketika
teman-teman nonton bola di tribun atau di televisi.
Bapak sebagai penulis
adalah pemain bola yang menggiring bola ke gawang kadang tidak tahu di depan
ada pemain yang hendak menjegal. Kami penonton di kejauhan tahu benar ke mana
bola harus ditendang.
Untuk meringan kan para
editor apa yang harus menjadi bekal bagi penulis ketika dia mau edit
tulisannya?
Pahami struktur kalimat,
pahami PUEBI, buka KBBI jika ragu dengan kata-kata tertentu
Mempelajari PUEBI yang
tebal, kadang membosankan,
Kita tidak mungkin
menguasai segalanya, hanya orang-orang tertentu yang ditakdirkan memiliki
kompetensi: penulis, proofreader, editor, sekaligus.
Berbahagialah Anda yang
memiliki talenta ketiganya
Namun setidaknya sebagai
penulis memiliki keterampilan minimal sebaga penyunting tulisan sendiri, agar
calon pembaca kita memahami apa yang kita maksudkan dalam tulisan
Nuratikoh
Terimakasih do'anya bunda. Saya suka resumenya sangat rapi dan runtut sehingga enak di baca.
BalasHapusTerimakasih telah singgah dan berkenan meninggalkan jejak kata motivasi
BalasHapusSaling mendoakan merupakan salahsatu bentuk kepedulian yang di harap semua insan
Semoga di ijabah oleh Allah, Aamiin....
Rapi & menginspirasi Bu. Keren...
BalasHapusTerimakasih,
BalasHapusMasih terus berusaha dan belajar ini,
Aamiin...